Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 21 Mei 2019

GREEN BUILDING

BAB 1
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Batuwangala dalam Gupta (2013) menyatakan bahwa green building atau bisa disebut dengan bangunan hijau adalah suatu konsep dalam mendesain, membangun, mengelola dan memelihara bangunan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan penghuni, meningkatkan produktivitas penghuni bangunan, menggunakan bahan-bahan alam dengan baik, dan mengurangi dampak buruk bangunan terhadap lingkungan. Dengan kata lain, konsep green building sangat mempertimbangan lingkungan dalam setiap aspek konstruksi bangunan. Sementara itu, menurut Green Building Council Indonesia (GBCI) bangunan hijau merupakan bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan, atau bangunan yang sudah terbangun yang dioperasikan dengan memerhatikan faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna lahan, kualitas udara dalam ruangan, hemat air, hemat energi, hemat bahan, dan mengurangi limbah. Keuntungan membangun sebuah bangunan hijau adalah sebagai berikut.
  1. Desain yang lebih kompak dan efisien sehingga mengoptimalkan fungsi-fungsi gedung.
  2. Efisiensi yang tinggi dalam konsumsi energi listrik dan air.
  3. Hemat biaya dalam operasional sehari-hari untuk energi dan konsumsi air.
  4. Kesehatan jasmani dan rohani yang lebih baik bagi pengguna gedung,
  5. Produktivitas dan kinerja yang meningkat pada pengguna gedung.
  6. Biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah dalam jangka panjang.
  7. Preferensi pasar yang lebih tinggi, terutama perusahaan internasional dan multinasional.
  8. Didapatkannya pengakuan internasional sebagai produk unggulan dalam industri rancang bangun.
  9. Munculnya ketertarikan yang tinggi, baik pada konsumen/klien atau pun karyawan karena sebuah produk/perusahaan yang memerhatikan lingkungan.
  10. Tumbuhnya sikap ramah lingkungan pada para penggunanya, yang diharapkan dapat meneruskan sikap tersebut di rumah tangga masing-masing dan menimbulkan efek multiplier.

Green Building Council Indonesia (GBCI)
Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) adalah lembaga mandiri (non-government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. GBCI merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 97 negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara.
GBCI didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi di antara para pemangku kepentingan yang meliputi :
  1. Profesional bidang jasa konstruksi,
  2. Kalangan industri sektor bangunan dan properti,
  3. Pemerintah,
  4. Institusi pendidikan dan penelitian
  5. Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.
Salah satu program GBCI adalah menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut greenship.
Greenship
Greenship adalah sistem penilaian bangunan yang merupakan bentuk dari salah satu upaya untuk menjembatani konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik yang nyata. Hadirnya perangkat rating ini diharapkan dapat mendorong transformasi di industri bangunan, sehingga praktik-praktik ramah lingkungan dapat diterapkan di Indonesia. Setiap bangunan yang mendeklarasikan diri sebagai bangunan hijau akan dinilai dan disertifikasi berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem pemeringkatan ini. Kriteria penilaian Greenship bukan merupakan penemuan baru, melainkan kumpulan dan pengelompokan dari praktik-praktik terbaik di industri bangunan yang kemudian diidentifikasi oleh GBCI. Sistem rating ini juga dapat mengedukasi industri bangunan dan khalayak umum tentang aspek-aspek yang harus dipenuhi sebuah bangunan hijau. Dokumen sistem pemeringkatan Greenship dibagi menjadi tiga, yaitu Greenship Interior Space (untuk perencanaan, operasional, dan pemeliharaan ruangan dalam gedung), Greenship Existing Building (untuk manajemen, operasional dan pemeliharaan bangunan yang sudah terbangun dan dioperasionalkan), dan Greenship New Building (untuk perencanaan dan aktivitas konstruksi bangunan baru dalam tahap desain). (Laila, 2014)
Berdasarkan kategori yang ditentukan oleh GBCI, dalam Greenship EB terdapat enam kategori Green Building:
1.      Appropriate Site Development
Kategori ini mencakup akses ke sarana-sarana umum, pengurangan kendaraan bermotor, penggunaan sepeda, lansekap tumbuhan hijau, heat island effect, pengurangan beban volume limpasan air hujan, site management, perhatian terhadap bangunan atau sarana di sekitarnya.

2.      Energy Efficiency and Conservation
Kategori ini mencakup optimalisasi efisiensi penggunaan energi pada bangunan, komisioning ulang pada peralatan pengkondisian udara, penghematan energi pada sistem pencahayaan dan pengkondisian udara, pencatatan dan pengawasan penggunaan energi, operasi dan perawatan peralatan AC, penggunaan energi terbarukan dan pengurangan emisi energi.

3.      Water Conservation
Kategori Water Conservation meliputi sub metering konsumsi air, pemeliharaan dan pemeriksaan sistem plambing, efisiensi penggunaan air bersih, pengujian kualitas air, penggunaan air daur ulang, penggunaan sistem filtrasi untuk menghasilkan air minum, pengurangan penggunaan air dari sumur dalam dan penggunaan kran auto stop.
4.      Material Resources and Cycle
Kategori ini mencakup penggunaan refrigerant, penggunaan materi yang ramah lingkungan, pengelolaan sampah, pemilahan sampah, pengelolaan limbah B3 dan penyaluran barang bekas.

5.      Indoor Health and Comfort
Kategori ini mencakup kualitas udara ruangan, pengaturan lingkungan asap rokok, pengawasan gas CO2 dan CO, pengukuran kualitas udara dalam ruang, pengukuran kenyamanan visual, pengukuran tingkat bunyi dan survei kenyamanan gedung.

6.      Building Environment Management
Kategori ini mencakup inovasi peningkatan kualitas bangunan, tersedianya dokumen-dokumen tentang bangunan yang lengkap, adanya tim yang menjaga prinsip green building dan pelatihan dalam pengoperasian dan perawatan aspek-aspek green building secara lengkap.


B.     A
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Green Building
Pengertian Green Building dalam konteks arsitektur bangunan tidak terlepas dengan pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi. Karena untuk menuju kualifikasi bangunan hijau, suatu produk konstruksi bangunan gedung tentu saja perlu bersifat ramah lingkungan dan hemat energi, dimana pendekatan bioklimatik bisa dipakai sebagai dasar konsep desain. Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana struktur, ruang, dan kosntruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi nyaman bagi penghuninya.Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan energi dari alam sekitar bangunan tersebut. (ENEA , IN-ARCH, 1989)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT-FpFNfFNHtqw7aA1i5D4glTcael2c28ptLjCXHn4wceDyW5QYKxH9VCs2HctI9weqfP0MOFzqrzdq8G1Ol0KtiSVfzkLHcY7xgJFCwu2KTqqBXtybR3XTh1BilXh4i_ai70e1XkpeJ4/s1600/Green-Architecture-3.jpg
Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif (J Priatman,1997)
Secara umum definisi bangunan hijau menurut Office of the Federal Environmental Executive (AS), adalah bangunan yang meningkatkan efisiensi bangunan dan lahannya terhadap penggunaan energi, air, dan bahan, dan mengurangi dampak negative terhadap kesehatan, lingkungan melalui penataan tapak, desain, konstruksi, operasional, pemeliharaan serta akibat produk limbahnya.
Sepadan dengan pengertian menurut GBCI (Green Building Council Indonesia, 2010), bahwa bangunan hijau (green building) adalah bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan atau bangunan sudah terbangun yang dioperasikan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna lahan, hemat air, hemat energi, hemat bahan kurangi limbah, kualitas udara dalam ruangan.
Adapun pengertian menurut India Green Building Council, bahwa bangunan hijau harus hemat air, efisiensi energi, mengkonservasi sumber daya alam, mengurangi limbah, memberikan ruangan lebih sehat dibandingkan dengan bangunan konvensional. Namun secara lebih teknis, bahwa suatu bangun arsitektur dikatakan tergolong dalam klasifikasi arsitektur atau bangunan hijau secara “terukur” apabila memiliki kapasitas atau kinerja “terukur” yakni untuk meminimalkan produksi ekuivalen CO2, baik ditinjau dari segi desain, saat pelaksanaan konstruksi maupun saat beroperasi. Pada saat beroperasinya bangunan, indikator konsumsi energi listrik dalam satuan kWh dikonversikan kedalam produk kg CO2, sehingga semakin hemat energi listrik maka semakin baik kontribusinya untuk turut meredam peningkatan pemanasan global, dan menyumbangkan suatu nilai tertentu dalam proses kuantifikasi suatu bangunan agar termasuk dalam kualifikasi “bangunan hijau” dengan rating atau star tertentu.
Di Negara-negara yang telah menerapkan Green Building ada 6 kriteria yang diukur, yakni :
•         Pengolahan lahan sekitar,
•         Penggunaan air,
•         Penggunaan energi, material dan dari mana sumber material itu,
•         Kualitas di dalam ruangan, dan inovasi.
Masing-masing kriteria ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa poin. Tiap poinnya diberi nilai yang berbeda. Jika satu gedung mampu mengumpulkan nilai sejumlah tertentu, barulah ia bisa diberikan sertifikat green building.
Dalam Wikipedia, green building dapat disebut juga green construction atau sustainable building. mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien sepanjang siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran. Di bidang arsitektur dan teknik sipil, konstruksi (construction) adalah suatu proses yang terdiri dari membangun atau perakitan infrastruktur.

B.       Ciri Bangunan Green Building
Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :
•          Menggunakan energi yang seminimal mungkin.
•          Memanfaatkan ruang alam
•          Menggunakan energi yang dapat diperbaharui
•          Menggunakan bahan yang bersifat ramah lingkungan
•          Menggunakan bahan atau material yang bersifat reuse, reduce, dan recycle.
•      Sistem gedung yang menghasilkan limbah yang dalam batas toleransi berdasarkan aspek lingkungan hidup.
Bangunan hijau didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui :
·            Efesiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain
·            Perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja
·            Mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas
·            Mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan lingkungan

C.      Konsep Green Building
Arti yang sebenarnya green building tersebut yaitu sebuah konsep tentang merencanakan suatu bangunan yang ramah terhadap lingkungan.
Konsep serupa adalah natural building, yang biasanya pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk berfokus pada penggunaan material-material yang digunakan yaitu material-material yang tersedia secara lokal. Konsep ini ada untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi berikutnya mulai dari sekarang.
Konsep green building ini berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek, yaitu:





1. Life cycle assessment (Uji AMDAL) 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyyjYMP-PDS0Z1BBT8dYDbBdgjWy-M0-J2qWuaUhWaFV_CtgRp4zouMuM3xe2Upq-AYW7Ez7u4s2BYCM3WSe_iLuLFK8Y7LIggUIbBAOs8bk8WBXudWB9NvNtp8dD-qPoeAnwbsQsEGNE/s1600/lca_graphic_for_web.jpgDalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya melakukan kajian AMDAL apakah dalam pengadaan bangunan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan sekitar baik itu segi sosial, ekonomi ataupun alam sekitar. Karena jika itu memberikan pengaruh yang cukup besar maka bangunan tersebut sudah menyalahi konsep dasar dari green building.




2. Efisiensi Desain Struktur 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEayUpdQUxeLZBp5mjHoV1CdK3_tQO8hAOKJWBy1-qbbUCJ9v2FNYJCB9lJExfErMYfmQ-5Tt2Ily1wMaBD-iUzj8a9I6XgYWDzf1iqzG2puHCE17iyL6QwACfs5CVsOfY1AEQPkRMFTM/s1600/smog-eating-eco-house-in-cyprus3.jpg      Dasar dalam setiap proyek konstruksi bermula pada tahap konsep dan desain. dalam Tahap konsep, pada  kenyataannya ini merupakan salah satu langkah utama dalam proyek yang memiliki dampak terbesar pada biaya dan kinerja proyek. Tujuan utama adalah merencanakan bangungan yang memiliki konsep green building adalah untuk meminimalkan dampak yang akan disebabkan dalam bangunan tersebut baik itu selama pelaksanaan dan selama penggunaan. Perencanaan bangunan gedung yang tidak efisien dalam struktur juga memberikan efek buruk terhadap lingkungan, yaitu pemakaian bahan bangunan yang sangat banyak sehingga terjadi pemborosan.

3. Efisiensi Energi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcNmhfiIBzOSOKGvoK5BHts7XN9NINmuR48Rvzsy0oODiWwiREsqxv6bRaHAfHWiE3seiVdPx9pq8gftTkCowAq5HoUCbsC6qYvtLDdga90hUpEKNn7MiFqQgVNeaIzVSp_36yEOYEUkI/s1600/6a00e008d7034e88340120a58dd5a6970b-500wi.jpgGreen Building sering mencakup langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi energi – baik energi yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti kondisi bangunan yang segi mudahnya angin dan sinar matahari yang mudah masuk kedalam bangunan.. Selain itu selain segi operasional, segi pelaksanaan juga harus diperhatikan. Studi LCI US Database Proyek bangunan yang menunjukkan dibangun dengan kayu akan menghasilkan energi pempuangan yang lebih rendah daripada bangunan gedung yang bahan bangunannya menggunakan dengan batu bata, beton atau baja.
Untuk mengurangi penggunaan energi operasi, penggunaan jendela yang se-efisiensi mungkin dan insulasi pada dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke dalam bangunan gedung. Strategi lain, desain bangunan surya pasif, sering dilaksanakan di rumah-rumah rendah energi. Penempatan jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan cahaya lebih alami dan mengurangi kebutuhan penerangan listrik di siang hari.

4. Efisiensi Air 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFY3dYe3k0GPufYv0F9X5FwRgjn6TRK2Ii6xSTsrptue3FYUKXx21wZki_HopN03PsqZEUqq7gYQZyf2aBz2S-ZdhquJ5vK7BXvZaZsdapt9MFyEJkRUqhMXgz-_z5Wik8IYu0r3l1otY/s1600/Efisiensi+Air.jpg     Konsep green building juga memperhatikan mengenai penggunaan air. Sekarang, banyak konsep desain rumah yang mengabaikan tentang penggunaan air. Mostly, rumah-rumah mengandalkan penggunaan air tanah yang berasal dari sumur dangkal ataupun dalam tanpa memberikan maasukan tambahan air kepada tanah yang berakibat turunnya permukaan air tanah dan turunnya permukaan tanah permukaan. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuat penyimpanan atau memberikan asupan air kepada tanah di lingkungan yang ada disekitarnya. Solusinya yaitu dengan membuat tandon air penadah hujan di bawah tanah atau membuat sumur resapan penadah air hujan. Sistem penadah hujan yang mana ketika air turun di atas bangunan gedung yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga direncanakan air akan berkumpul pada satu tempat dan dialirkan menuju sumur resapan untuk menghindari terjadinya penurunan permukaan air tanah.

      5. Efisiensi Material
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkeT6pzet3Gs_mCqC6sxLK8JUfq5ZG9QG2ustuJLvBCiub3thVfRlPhnaRPScOcVs0sYJU5GZ3zX_iP9k9ZU2qAKiSUfWEJX6zGWL2T_lQh2R-8XRefaD0enVJ7srwxU_d1kEYDjAeRJI/s1600/building_material2.jpgBerbicara mengenai bangunan maka akan menjurus kepada penggunaan material yang ada. Hal ini ada hubungannya dengan efisiensi dari desain struktur. Selain struktur, segi arsitektural juga diperhatikan seperti penggunaan dinding yang terlalu tebal, penggunaan material yang berat yang memberikan efek pada kekuatan struktur yang lebih dll. Sehingga semakin banyak material yang digunakan maka akan memberikan efek kepada pengeluaran dana, impact terhadap lingkungan, pengeluaran energi dalam konstruksi, dll.

D.      Penerapan Aspek Green Building
Penerapan aspek Green Building dari segi design bangunan yaitu :
1.        Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara vertikal maupun horizontal. Sisi tipis di puncak gedung didesain agar mampu menjadi shading bagi sisi bangunan dibawahnya sehingga dapat membuat bagian tersebut menjadi lebih sejuk. Pada desain gedung ini memiliki area opening yang lebih banyak di sisi timur. hal ini dikarenakan cahaya pada sore hari (matahari barat) lebih bersifat panas dan menyilaukan.
2.        Shading & Reflektor
Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas yang masuk ke dalam gedung namun tetap memasukan cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya yang masuk kedalam bangunan dipantulkan ke ceilin. Panjang shading pada sisi luar light shelf ditentukan sehingga sinar matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya yang masuk dan dipantulkan ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap mampu memberikan cahaya yang cukup.
3.        Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam bangunan menggunakan intelegent lighting system yang dikendalikan oleh main control panel sehingga nyala lampu dimatikan secara otomatis oleh motion sensor & lux sensor. Dengan begitu, penghematan energy dari penerangan ruang akan mudah dilakukan.
4.        Water Recycling System
Water Recycling System berfungsi untuk mengolah air kotor dan air bekas sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan flushing toilet ataupun sistem penyiraman tanaman. Dengan sistem ini, penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah satu aspek penting untuk menunjang konsep green building.

E.       Material Yang Digunakan Green Building
Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan penerapan bangunan hijau (green building) memiliki peranan untuk menekan pemanasan global. Infrastruktur bangunan dengan kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam membentuk konsep green building           
            Setiap rancangan infrastruktur dengan bahan materialnya memiliki pengaruh terhadap koefisien lingkungan.Penggunaan bahan material yang sesuai akan menciptakan bangunan yang efisien dalam memanfaatkan sumber energi,seperti air,cahaya,dan listrik. Perkembangan desain struktur rumah dan gedung yang cepat juga turut memengaruhi perkembangan penggunaan bahan material.
Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku untuk semua jenis bangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan  untuk sebuah kompleks hunian tak boleh menciderai lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh meraibkan sebuah  sawah ataupun ladang yang menjadi tempat parkir air. Bagaimanapun, lokasi tersebut sebaiknya sudah punya jalan akses dan sarana transportasi memadai. Itu agar ekologi tak terciderai proses pembuatan jalan. Lantas, proses pembukaan lahan tersebut perlu diperhatikan. Kalau dengan cara membabat habis lahan lantas menanam pohon baru, berarti kriteria pertama ini kurang diperhatikan. Efisiensi lahan juga perlu diperhatikan. Rumah berpenghuni empat orang sudah tentu tak perlu seluas 1.000 m2.
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal. Contoh: menggunakan air hujan ataupun air hujan yang diolah kembali, serta menggunakan kloset irit air.
3. Indoor environmental quality.
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan  bangunan yang menimbulkan polusi, antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau karpet yang proses pembuatannya menggunakan gas beracun. 
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain dirancang agar tak banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim subtropis seperti Indonesia, ventilasi yang lebar-banyak  bisa dimanfaatkan untuk menurunkan suhu ruangan.
5. Material resource.
Satu ciri green building adalah menggunakan material bangunan ramah lingkungan. Itu antara lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor. Sebab, bahan impor otomatis melahap banyak energi dalam pengiriman. Pun, satu hunian lebih baik tak  menggunakan material yang perlu waktu lama untuk dibarui seperti kayu jati; sedapat mungkin, material daur ulang digunakan.
Konsep reduce-reuse-recycle adalah cara efektif dalam mengaplikasikan gaya hidup ramah lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara konsisten di seluruh elemen bangunan, terciptalah produk arsitektur hijau yang diidamkan.
Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki dampak terhadap lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis persediaannya akibat penebangan liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat dengjan material yang mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu menggunakan lampu dan pendingin udara pada siang hari.
- Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding. Penggunaan kontainer dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih ringan. Ruangan-ruangannya dapat didesain fleksibel. Pengguna ruang juga dapat menggeser dinding kontainer untuk mendapatkan atau menambah fungsi ruang baru tanpa mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung ke ruangan.
Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti semen, batu bata, aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai bentuk optimalisasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif dan mengurangi pemakaian sumber daya alam yang sulit diperbarui.
- Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah dikelola dan dipanen secara berkelanjutan atau diperoleh secara local untuk mengurangi biaya transportasi, serta diselamatkan dari bahan reklamasi di lokasi terdekat.

F.       Manfaat Green Building
Manfaat yang diperoleh dari green building :
A. Manfaat lingkungan
•         Meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem
•         Memperbaiki kualitas udara
•         Memperbaiki kualitas air
•         Mereduksi limbah
•         Konservasi sumber daya alam
B. Manfaat Ekonomi
•         Mereduksi biaya operasional
•         Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
•         Meningkatkan produktivitas penghuni
•         Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
C. Manfaat Sosial
•         Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
•         Meningkatkan kualitas estetika
•         Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal
•         Meningkatkan kualitas hidup keseluruhan
G.      Contoh Green Building
Permintaan untuk mengadopsi sumber energi hijau dalam kehidupan sehari-hari telah mendorong banyak arsitek untuk merancang gedung pencakar langit yang dapat menggunakan sumber energi yang dapat diperbarui. Atap bangunan ini menggunakan sinar matahari dan sumber energi hijau lainnya. Berikut adalah daftar gedung dengan konsep berkelanjutan yang dirancang untuk memiliki atap hijau:
1. Cactus Building di Qatar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2u0gjw8fzLQQL8eiJyODl-jBB3htK8ZdyBRr5F_Aa0Q3atPJ-Xc7A-DngFuQNQg_yLqMRBUihgbnhZBo8eLRCyY7t-JtWUytHR_KaB7BbIWXkwycELxQv_hT2RBW7Q3SPuKnGpAgqyQQ/s1600/greenbuilding-copy_full.jpgEstetika arsitek GO Group telah merancang struktur kaktus-terinspirasi energi-efisien untuk pemerintah Qatar. Bangunan ini beberapa fitur cerdas nuansa yang membuka dan menutup sesuai dengan kekuatan matahari. Bangunan hijau memiliki kubah botani juga.






2. Waldspirale di Jerman
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHZ0sQGh2Z8AM_30-IFnULZjLtRgfh1uoCsI6H5ZKqQHDj-QDZnShFxFeMiWFVOIz1ozbDIBVChnEHi0CZGnwPkq21xSARGpbyFFbvSD_ia5Xa_qDAJXjhnbfMP3FhyphenhyphenpdceKYfSQHo_WM/s1600/w.jpgWaldspirale merupakan sebuah apartemen di Darmstadt, Jerman, dibangun tahun 1990-an. Namanya berarti spiral berpohon, merefleksikan plan dari bangunan itu dan juga memiliki taman di atas atapnya. Arsiteknya Heinz M. Springmann, bangunan ini selesai dibangun tahun 2000 




3. Roof Garden on Fifth Ave di New York
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5zq3i2IkTva0ZI3S-lRvo-k221zqdTFg9HUK1MX9YwuA0W2FvccO2tJI8KP4vWgtQFCHJZgIh2GuvD3Px3DRrvBGLIU839ZP-PU4EtqwL6ybEKOz5rAQ9RjoAVVrTr_TwaVEmESCp9Z0/s1600/roof-garden-2.jpgIni taman di sebuah bangunan di Fifth Ave, New York City. Konon pada adegan film spiderman bersama kekasihnya diambil di lokasi ini.






 
4. City Hall building di Chicago

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijrRQy_QZ2I3QKBLl0ZvEJLlbSe-lPka721xhUKBccTJsh1-e2jsnCU2lR-A_dxL1kkWxUrlnuFcOJSFyYf6wegBWFT3kT9iiBLRUf9iLZOXMnu6cdjUzhftHbsb89PXiDnkL3-1cqVic/s1600/chicago-roof-garden-9.jpgUntuk menghemat energi dan uang untuk biaya pendingin ruangan saat musim panas, sebuat taman hijau dicptakan di atas bangunan City Hall Chicago tahun 2000. Saat ini ribuan jenis tenaman tumbuh di sini dengan lebih dari 150 species tanaman dan sanggup menghemat tagihan utilitas hingga $5000 dollar per-tahunnya.














BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Greenship adalah sistem penilaian bangunan yang merupakan bentuk dari salah satu upaya untuk menjembatani konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik yang nyata. Hadirnya perangkat rating ini diharapkan dapat mendorong transformasi di industri bangunan, sehingga praktik-praktik ramah lingkungan dapat diterapkan di Indonesia. Setiap bangunan yang mendeklarasikan diri sebagai bangunan hijau akan dinilai dan disertifikasi berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem pemeringkatan ini.
Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan penerapan bangunan hijau (green building) memiliki peranan untuk menekan pemanasan global. Infrastruktur bangunan dengan kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam membentuk konsep green building.
Green Building dalam konteks arsitektur bangunan tidak terlepas dengan pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi. Karena untuk menuju kualifikasi bangunan hijau, suatu produk konstruksi bangunan gedung tentu saja perlu bersifat ramah lingkungan dan hemat energi, dimana pendekatan bioklimatik bisa dipakai sebagai dasar konsep desain. Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana struktur, ruang, dan kosntruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi nyaman bagi penghuninya.

B.       SARAN
Dengan pembahasan masalah ini diharapkan kita sebagai warga negara dapat menerapkan manfaat dari bangunan green building di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus dapat menguasai dan memahami seluk beluk apa yang ada di Indonesia, baik iklim, budaya, kondisi alam dan sebagainya agar dapat menerapkan atau pengaplikasikannya dalam pembangunan yang ada di indonesia.






























Sumber:







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II 1.Jelaskan tentang pendidikan diindonesia Pengertian Pendidikan    adalah sebagai usaha sadar d...